Jumat, 13 April 2012

Cerita-Cerita Indah


Kisah Nenek Pemungut Daun
By: Agussyafii
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual
bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu.
Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia
keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid.
Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya.
Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan
cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh
tubuhnya.
Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk
membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.
Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan
rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis
dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapu sebelum kedatangannya.
Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata
nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.” Singkat cerita, nenek itu
dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk
menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu.
Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang
mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang
ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.
“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin
juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng
Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada
Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu
bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya.“
Kisah ini saya dengar dari Kiai Madura yang bernama Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya
merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya
yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan
Allah swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur. (kisah ini dituturkan oleh
Kang Jalal)

Hati Seorang Ayah
By: Agussyafii
Seorang ayah memiliki hati yang penuh kasih untuk anak-anaknya. Hati seorang ayah akan tahan
menderita bila sakit untuk dirinya sendiri, namun tidak akan tahan disaat melihat buah hatinya yang
menderita. Bahkan jika sakit itu bisa digantikannya, ayah bersedia menggantikan sakit anaknya.
Itulah hati seorang ayah.
Saya mengenal seorang teman yang juga seorang ayah. Saya biasa memanggilnya Mas Jay. Kami
biasa berdiskusi lewat milis dan malam itu Mas Jay berkunjung ke Rumah Amalia. Mas Jay bertutur
mulanya dirinya orang yang 'mbeling' tidak memiliki keyakinan yang mantap dan tetap. Ketertarikan
belajar sholat secara serius ketika ajakan yang begitu menyentuh dari anaknya yang masih TK. Anak
yang masih relatif kecil setiap hari selalu mengajaknya untuk mengerjakan sholat. Awalnya dirinya
menanggapi hal itu sebagai biasa saja.
Ajakannya itu terasa betul-betul menampar hatinya. Begitu sangat berharga dan membuatnya
menangis meraung-raung justru ketika anaknya sedang sakit masih sempat mengajaknya sholat
Isya'. Katanya, ditengah malam anak saya suhu badannya panas tinggi dan perutnya mengeras.
Anaknya menangis tak henti-hentinya merengek mengajak saya sholat. Tanpa berpikir panjang saya
memenuhi permintaannya untuk mengambil air wudhu. Setelah mengerjakan sholat, kami bergegas
menuju Rumah Sakit.
Setelah diperiksa ternyata putranya harus dioperasi. Karuan saja dirinya menjadi panik. Bagaimana
mungkin anaknya yang masih kecil itu dengan kekuatan fisiknya yang masih lemah untuk menghadapi
operasi. 'Saya hanya bisa berserah diri kepada Alloh SWT, saya berjanji jika anak saya sembuh. Saya
akan rajin melaksanakan sholat seperti yang dimintanya.' Tuturnya.
Katanya Mas Jay sebelum anak saya masuk ruang operasi masih sempat bertanya pada dirinya, 'ayah
sudah sholat belum.' Kata-kata itu begitu mengiris-iris hati saya. Dulu bila mendengar ajakan teman-
temannya untuk sholat selalu menolaknya karena keengganan untuk melaksanakan sholat. Sekarang
kata-kata itu justru muncul dari anak yang disayanginya, bagaimana mungkin dirinya bisa
menolaknya, lanjutnya. Mas Jay tak bisa menyembunyikan airmatanya yang terus bercucuran.
'Saya menunggu putranya didepan kamar operasi' tuturnya. Ketika lampu operasi menyala. Dirinya
bersama istri tercinta tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya, hilir mudik didepan kamar operasi.
Waktu seolah berjalan lama sekali. 'Segala macam doa yang saya tahu saya panjatkan kehadirat Alloh
SWT.' Setelah begitu lama, kamar operasi itu terbuka. Seorang dokter muncul dari pintu. Mencopot
sarung tangannya. 'Operasinya berjalan dengan baik, anak bapak sekarang perlu istirahat setelah itu
boleh pulang.' Mas Jay menangis bahagia. 'Alangkah nikmatnya anugerah Alloh SWT yang diberikan
kepada saya disaat harapan mulai memudar, Alloh SWT menyelamatkan putra saya,' tuturnya. 'Dan
sejak itu saya lebih giat untuk melaksanakan sholat karena saya harus memenuhi janji saya,' kata
Mas Jay malam itu. Saya bisa merasakan apa yang terjadi pada dirinya. Begitulah hati seorang ayah
yang penuh kasih untuk sang buah hatinya.
Wassalam,
agussyafii

Ucapan Ibu Adalah Doa Bagi Anaknya
By: Agussyafii
Ucapan ibu adalah doa bagi anaknya. Itulah yang pernah dialami seorang ibu, kisah yang pernah
terjadi yang pernah saya dengar. Semoga kisah ini menjadikan kita, sebagai ibu dan ayah agar lebih
berhati-hati jika mengucapkan sesuatu bagi buah hati kita agar jangan sampai terjadi penyesalan
dikemudian hari. Maka ucapkanlah dan bertuturlah untuk kebaikan, keberkahan dan kesehatan putra-
putri kita.
Kisah itu berawal pada Malam itu saya kedatangan seorang ibu. Ibu itu bertutur dengan air mata yang
sudah tak terbendung lagi. Dia menceritakan bahwa dirinya pernah memiliki dua anak laki-laki yang
ditinggal bapaknya. Anak yang pertama berusia 7 tahun dan yang kedua berusia 5 tahun. Anak-
anaknya tumbuh dengan kondisi memprihatinkan dan nakalnya luar biasa karena kenakalannya
sampai seringkali dilabrak tetangga karena ulah anak0anaknya.
"Sampai satu hari mas" kata sang ibu dengan bercucuran air mata. "Saya membawa kedua anak itu
kekuburan bapaknya dan saya katakan, Pak. Nih urus anak-anakmu. Aku sudah tidak sanggup lagi."
Kata sang ibu. Seminggu kemudian dua anaknya meninggal dunia karena sakit.
"Ya Alloh, Ya Robbi" tak terasa kata-kata itu terucap. Kisah itu terasa menyayat dihati. Seolah
mengiris lubuk hati yang paling dalam, membayangkan betapa berat beban seorang ibu yang
mengurus dua anak yatim sampai pada satu titik ketidaksanggupan.
--
"Adapun terhadap anak-anak yatim maka janganlah kamu bersikap kasar terhadapnya dan adapun
orang yang meminta-minta maka janganlah engkau usir dan adapun nikmat Tuhanmu hendaklah
engkau sebutkan sebagai perwujudan syukur. (Surah Adh Dhuha Ayat 9-11).
Wassalam,
agussyafii

Dahsyatnya Sholat Lima Waktu
By: Agussyafii
Bagi sebagian orang yang sudah merasakan betapa dahsyatnya sholat lima waktu maka sholat yang
dikerjakan akan mempengaruhi dalam kehidupannya sehari-hari. Seperti pengalaman Pak Dharma.
Bagi Pak Dharma sholat lima waktu tidak bisa disamakan dengan meditasi, sebab bagi Sholat lima
waktu adalah mi'rajul mukminin, mikrajnya bagi orang yang beriman. 'Untuk bisa merasakan
dahsyatnya sholat lima waktu tidaklah mudah, butuh waktu. Prosesnya tidak cukup sehari tapi
bertahun-tahun, dengan kesungguh-sungguhan untuk menggapai ridho Alloh. Baru kita merasakan
betapa dahsyatnya sholat lima waktu,' begitu tuturnya.
Pak Dharma yang saya kenal. Pak Dharma sangat suka menyantuni anak-anak yatim dan fakir miskin.
Sekali waktu datang ke Rumah Amalia. Kami suka berdiskusi tentang kehidupan dan amal sholeh.
Beliau dibesarkan dalam keluarga jawa. Ayah dan ibunya sangat memegang teguh tradisi kejawen.
keluarganya sangat akrab dengan mocopat, ajaran moral dan pesan-pesan luhur tentang makna
kehidupan yang dihayati oleh orang jawa, ditembangkan dalam bahasa yang puitis. 'Saya tidak akrab
dengan al-Qur'an mas..'lanjutnya. 'Kami percaya dengan Gusti Alloh dan mengaku Muhamad
Rasulullah, tetapi saya tidak pernah sholat,' begitulah tuturnya sore itu ketika mampir di Rumah
Amalia.
Suatu ketika ada pertanyaan istrinya yang menyentuh sanubarinya, 'Apakah Mas sayang sama aku?'
Saya tertawa Mas Agus, karena saya menganggapnya pertanyaan iseng. Obrolan istri yang bawel,
begitu katanya. Pak Dharma sangat menyayangi istrinya. beliau menceritakan istrinya merasa tidak
pernah diperhatikan sebab Pak Dharma lebih sibuk mengurusi pekerjaannya daripada berkumpul
dengan keluarga.
'Cukup mas, aku tahu itu. Lalu apa tanda mas sayang sama aku?' tanya istrinya.
pertanyaan istri inilah terasa memukul jantungnya. Aneh, saya tidak merasa dipojokkan. Justru ia
merasa diingatkan. Gunung es yang membeku sekian lama dalam kalbu, terasa mencair. Ya, apa
tandanya saya menyayanginya, mencintainya, dan memuliakannya?
'Mas, Setiap orang selalu bekerja keras, berbuat baik dengan tetangga, mencintai keluarga tapi anak-
anak dan aku butuh kehadiran Mas sebagai imam, bukan hanya imam dalam rumah tangga namun
juga imam dalam ibadah, kata istrinya. Pak Dharma terdiam, jiwanya menjadi terbuka, kediriannya
terkelupas tanpa sakit hati dan tersinggung. Baru kali ini dirinya diingatkan oleh istrinya yang
menumbuhkan kesadaran dirinya. Persepsinya tentang Islam, perlahan-lahan bergulir. 'Saya
mengakui kebenaran ucapan istrinya. Saya merasa diingatkan padahal yang selama ini hatinya
tertutupi. Saya merasakan suara istri saya bagai panggilan dari Gusti Alloh. saya terharu, Ternyata
Alloh SWT masih sayang sama saya, tutur Pak Dharma.
'Tapi saya tidak bisa sholat, Pernah mengaji tetapi buta huruf al-Quran,'tanyanya. 'Mas, semua itu
tergantung niat, pelan-pelan. Insya Alloh bisa Mas,'jawab istrinya. 'Kemudian saya belajar sholat
dibimbing istri saya dengan penuh kesabaran. Saya mulai dari niat, takbir hingga mulai meletakkan
dahi serata dengan tanah, dalam sebuah sujud total. Subhana Robbiyal a'la. Maha Suci Alloh Yang
Maha Tinggi. Saya ikhlas meletakkan dari, yang menempati posisi tertinggi diwajah saya ditempat
telapak kaki saya dibumi, diatas lantai. Allohu Akbar, hanya Allohlah yang Maha Besar.
Pak Dharma bercerita bahwa sejak dirinya sholat batinnya menjadi tentram. Banyak persoalan
pekerjaan dan kehidupan sehari-harinya yang mengalami kebuntuan karena keterbatasan akal
pikirannya akhirnya terselesaikan. 'dengan sholat saya merasa lebih lengkap dan dekat dalam
komunikasi dengan Alloh SWT..' tutur Pak Dharma.
Semua proses menuju sujud yang saya tempuh dengan segala liku kehidupan akhirnya saya bisa
menjalankan sholat dengan baik. Ditengah kebahagiaan kami sekeluarga, Alloh SWT memanggil istri
saya kehadiratNya. Ya..Alloh, seumur hidup saya belum pernah sepanik ini, kata Pak Dharma yang
berlinang air mata. Saya teramat menyesal. Saya merasa terbanting kedalam chaos batin, yang amat
memukul. bayangkan Mas Agus, saya kehilangan istri yang begitu baik, yang begitu ikhlas menemani
saya dalam suka maupun duka, yang dipilihkan Alloh menjadi mediumNya untuk memanggil saya
dalam kehidupan dan menjalani Syariah dengan benar, Saya tidak tau harus berbuat apa kecuali
berdoa dan berserah diri pada Alloh SWT semata,' tutur Pak Dharma sambil mengenang istrinya. AIr
matanya begitu indah, kerinduan terhadap istrinya yang telah membimbingnya menuju ketaqwaan
kepada Alloh SWT sehingga bisa merasakan betapa dahsyatnya sholat lima waktu bagi dirinya.
Subhanallah..
Wassalam,
agussyafii

Keajaiban Doa di Ambang Kematian
By: Agussyafii
Jumat malam ketika anak-anak Amalia sedang mengaji saya bertemu dengan seorang teman lama
setelah beberapa waktu yang lalu baru sembuh dari sakit setelah mengalami koma dua kali. Mas
Rahman begitu saya biasa memanggilnya, saya mengenal akrabnya karena sama-sama suka diskusi
agama dan cinta terhadap dunia pendidikan.
Sebulan yang lalu saya mendapatkan sms dari istri tercinta bahwa Mas rahman sakit dan dirawat,
mohon doa dari anak-anak Amalia begitu bunyi smsnya. Malam jumat saya dan anak-anak Amalia
memanjatkan doa bersama dan membaca surat yasin memohon kesembuhan untuk Mas Rahman.
Ketika saya mendengar sudah siuman, saya lega rasanya namun pada malam berikutnya saya
mendapatkan sms lagi yang mengabarkan Mas Rahman tak sadarkan diri lagi. Kamipun mendoakan
untuk yang kedua kalinya.
Malam itu Mas Rahman bertutur, berbagai bayangan seperti saya melihat kejadian nyata disaat saya
koma. Ketika koma yang pertama saya seakan sedang pulang ke rumah orang tua. Saya melihat
rumah besar yang bagus dan indah. Tiangnya begitu kokoh terbuat dari emas dan memiliki kebun
bunga yang beraneka warna. Tiba-tiba muncul ibu saya (sudah meninggal beberapa tahun yang lalu).
Saya bertanya pada ibu, 'Rumah siapa ibu?'
'Itu rumah kita nak..'
Saya terheran, 'bukankah rumah kita dari bambu ibu? Sejak kapan rumah ini dibangun?'
'Itu rumah yang dibangun oleh ayah dan ibu, apakah dirimu tidak tahu nak? setiap hari kami
mengajar anak-anak mengaji, setiap hari kami menuntun mereka untuk sholat, setiap hari kami
mengajari anak-anak itu dengan cinta dan kasih sayang.' Jawab Ibu.
Disaat itu saya mendengar suara anak-anak yang sedang membaca surat yasin dan saya sadar.
Istighfar saya ucapkan berulang-ulang dan dada menjadi terasa lega. Beberapa jam kemudian saya
koma lagi untuk yang kedua kalinya, pada koma yang kedua ini saya sedang bersama teman2 Mapala
diatas gunung, udaranya segar, pemandangannya sangat indah, terdengar suara teman2 memanggil
saya. 'Rahman kemarilah. Disini gunungnya terlihat indah lho.' 'Iya, nanti saja saya mau sholat
dulu..'jawab saya. Sayup-sayup saya mendengar anak-anak yang sedang mengaji. Saya istighfar
berkali-kali. Napas terasa menyengal. katanya yang nampak air mata berlinang dipipinya.
'apa sebenarnya yang mas Agus doakan untuk saya saat itu sehingga saya bisa sembuh?'tanya Mas
Rahman.
Saya katakan padanya bahwa hanya Alloh SWT yang menyembuhkan, membuat sakit atau meninggal
seseorang.' Jawab saya.
Disaat itu dalam doa bersama anak Amalia, saya memohon kepada Alloh SWT 'Ya Alloh hidupkanlah
Dia jika sekiranya kehidupan akan membawa kebaikan kepadanya dan matikanlah dia jika sekiarnya
hidupnya mendatangkan keburukan baginya.' lanjut saya.
Mas Rahman tak henti mengusap air mata yang terus mengalir, tak henti mengucapkan subhanallah,
Maha Suci Alloh. 'Terima kasih Mas Agus ata doanya, saya orang sangat rasional, banyak
keterbatasannya. saya percaya doa memiliki keajaiban dan saya menyaksikan sendiri keajaiban itu
Mas.' katanya. Malam itu anak-anak Amalia terdengar membaca surat 'al-Ashr. Pertanda sudah mau
pulang. Kebahagiaan itu menyelimuti kami dengan senantiasa bersyukur atas semua karunia Ilahi.
---
Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi
kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal.
(QS. 9:51)
Wassalam,
agussyafii